Makanan Khas Batak Dari Makanan Hingga Kudapan......
Selain kaya akan budaya, Masyarakat Batak juga memiliki ragam jenis kuliner; mulai dari makanan, makanan pelengkap, minuman, hingga berbagai jenis kudapan atau makanan kecil dan kue-kue.
Di antara berbagai jenis makanan atau kuliner khas Batak yang paling terkenal adalah saksang. Jika mendengar kata saksang, maka akan teringat dengan suku Batak karena saksang adalah makanan tradisional suku Batak.
Bagi suku Batak yang ‘boleh’ mengonsumsi daging babi, saksang merupakan makanan andalan mereka. Pun kini sudah muncul Saksang dengan menggunakan daging ayam atau sapi.
Bagi suku Batak, saksang adalah makanan terlezat. Daging babi yang dipotong kecil-kecil tersebut dimasak dengan campuran rempah-rempah khas Batak, sehingga menghasilkan cita rasa tersendiri.
Tak lupa pula masakan tersebut dicampur dengan gota atau darah dari babi tersebut. Campuran dari gota inilah yang membuat makanan ini semakin nikmat pada lidah orang Batak.
Gota dicampur saat daging dan rempah-rempah yang terdiri dari bawang putih, bawang merah, lengkuas, cabe, jahe, dan andaliman ini hampir matang. Namun tak semua orang Batak menyukai darah, juga ada sebagian dari orang Batak yang tidak memperbolehkan mengkonsumsi darah.
Tetapi bagi orang Batak kebanyakan menilai, saksang tanpa gota rasanya tidak senikmat dengan saksang campuran gota. Saksang biasanya disajikan pada saat upacara adat suku Batak, baik dahulu maupun saat ini. Kini saksang banyak terdapat di rumah tangga maupun rumah makan khas Batak.
Masakan dengan campuran gota tak hanya pada saksang, tapi pada masakan berbahan ayam. Masakan atau makanan tersebut adalah Ayam Gota. Seperti pada saksang, ayam gota juga menggunakan andaliman.
Di Indonesia, rempah-rempah ini hanya dikenal dan digunakan oleh orang Batak saja. Makanya cita rasa makanan khas Batak ini bisa dikatakan terletak pada andaliman. Gota atau darah ayam dicampurkan pada masakan ini setelah bumbu dan daging masuk ke dalam kuali.
Selain masakan berbahan utama daging, kuliner khas Batak lainnya adalah berbahan utama ikan diantaranya adalah arsik, naniura, dengke naniarsik, dan lainnya. Arsik yang berbahan utama ikan mas ini berasal dari kawasan Tapanuli.
Bumbu arsik sangat khas, selain menggunakan andaliman, lengkuas, dan serai, juga menggunakan asam cikala yang berasal dari buah kecombrang.Sebenarnya arsik tak mesti berbahan utama ikan mas. Ikan kakap, kembung bahkan daging juga bisa. Hanya saja, arsik sudah identik berbahan utama ikan mas.
Adapun naniura merupakan makanan berbahan ikan yang cukup berbeda dengan lannya.
Naniura adalah makanan unik karena disajikan tanpa dimasak. Ikan pada naniura ini tidak dimasak atau matang oleh api, tapi hanya dibumbui dengan berbagai jenis rempah-rempah dan asam.
Bagi mereka, ikan akan matang oleh bumbu tersebut. Bisa dikatakan, naniura merupakan makanan mentah, ikan yang dimakan adalah ikan mentah. Supaya lembek, ikan harus dibungkus dan dipotong-potong tapi tidak sampai terpisah.
Awalnya naniura adalah makanan raja. Karena semakin berkembang, akhirnya menjadi makanan semua kalangan dengan kekhasan rasanya. Sering sekali ada orang yang mengatakan kalau naniura ini tidak matang, sehingga banyak yang tidak mau memakannya.
Namun berdasarkan penelitian membuktikan, bahwa naniura adalah ikan matang. Sama seperti ikan lain yang ada di Jepang yang menjadi santapan banyak orang. Naniura pun kini sering disebut makanan internasional yang bisa dimakan siapa saja.
Misalnya dalam tahapan produksi pertanian, hendak meminang, merantau, menjelang ujian, saat lulus, upacara menanda tahun, dan sebagainya.
Pokoknya yang berhubungan dengan merkottas tidak lepas dari sajian pelleng. Tujuannya tergantung jenis peristiwa atau upacara. Bila hendak membuka ladang agar terhindar dari bahaya. Bila hendak merantau agar berhasil diperantauan. Bila hendak meminang agar pinangan diterima. Bila selesai panen, lulus ujian, diterima kerja sebagai ucapan syukur pada penguasa dan sebagainya.
Sebagai penambah nafsu makan, makanan tadi dilengkapi dengan sambal sebagai penikmat. Salah satu sambal khas Batak adalah Tuk Tuk atau Tinuktuk yang berasal dari Batak Simalungun.
Sambal ini berbahan kencur, jahe merah, bawah merah, bawah putih, lada hitam, kemiri, garam, bawang batak, dan buah kincung (sihala). Sambal ini bisa pedas tidak menggunakan cabe, tapi menggunakan berbagai jenis rampah-rempahan yang sudah diolah.
Suku Batak juga memiliki kuliner khas dari jenis kue-kue dan minuman, diantaranya lapet, ombus-ombus, kolak duren dan lainnya.
Lapet sudah lama menjadi salah satu jenis kuliner khas Batak meski tidak diketahui kapan lapet membudaya. Pada acara adat Batak maupun saat waktu tertentu, lapet biasanya dibarengi dengan meminum secangkir kopi atau teh. Lappet terbuat dari tepung beras, kelapa, gula merah (aren), dan dibungkus dengan daun pisang.
Ombus-ombus, kudapan khas Batak yang berbahan sama dengan lapet. Tapi memiliki bentuk dan rasa yang berbeda. Jika lapet dibungkus dengan pisang dan dibentuk menyerupai limas, ombus-ombus tidak dibungkus oleh apapun, dan berbentuk bulat atau kadang kerucut.
Adapun kolak duren adalah minuman sejenis es campur. Yang membedakan minuman ini dengan es campur adalah adalah pisang, agar-agar, jagung, pulut, kolangkaling, duren, dan batu es.
Demikianlah berbagai jenis kuliner yang sudah membudaya di Tanah Batak. Kuliner tersebut saat ini tak hanya berkembang dan dikonsumsi oleh orang Batak sendiri, tapi oleh semua suku bangsa di Indonesia, bahkan dunia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar